Sabtu, 27 Juni 2009

PENJELAJAHAN RAWA BANGKAU, NAGARA dan DAS AMANDIT, LOKSADO HSS

Rawa Bangkau. Sebuah rawa yang terhampar luas di daerah Nagara, HSS. Nagara merupakan ibukota kecamatan Daha kabupaten Hulu Sungai Selatan, yang sebagian besar kawasannya merupakan daerah yang tertutup air, dimana Rawa di Nagara merupakan cekungan sungai barito. Di rawa inilah hampir semua sungai yang berhulu di Meratus dan mengalir ke sebelah barat bertemu dalam suatu kawasan yang luas, yang hampir mencapai satu juta hektar. Karena itulah Nagara memiliki sebuah kekayaan alam yang berpotensi untuk dikembangkan dan dinikmati masyarakat sekitar. Namun masyarakat yang hidup di daerah tersebut, masih belum mengoptimalkan potensi yang ada di daerah mereka. Padahal dengan potensi tersebut masyarakat bisa mendapatkan manfaat serta dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi penduduk di Nagara. Adapun potensi yang kami lihat masih belum dikembangkan oleh masyarakat sekitar di antarannya kotoran kerbau hanya yang di sia-siakan begitu saja, eceng gondok yang tumbuh melimpah secara liar dan masih belum dimanfaatkan, dan lahan tidur yang sebenarnya dapat di gunakan untuk sesuatu hal yang bermanfaat.

Eceng gondok yang memiliki nama ilmiah
Eichhornia crassipes merupakan salah satu tumbuhan air yang banyak tumbuh di permukaan rawa tersebut. Meskipun daun pada tumbuhan ini sudah difungsikan sebagai pakan kerbau (ternak) dan untuk menyaring air yang berada di dalam keramba, tetapi keberadaannya yang berlimpah belum dikelola dengan baik bisa jadi mengganggu ekosistem sungai karena eceng gondok yang mati dapat menimbulkan pendangkalan pada sungai sehingga dapat mengganggu jalannya transportasi air. Padahal dengan keberadaannya yang melimpah, penduduk yang bermukim di daerah tersebut dapat menjadikannya sebuah kerajinan tangan atau pupuk yang bernilai ekonomis dari serat tumbuhan yang dikandungnya dan dapat hingga menembus pasar internasional. Sebenarnya tanaman ini memiliki manfaat yang cukup bernilai di berbagai bidang, di antaranya di bidang ilmu kedokteran, sebagai peluang ekspor, dan ajang bisnis bagi wirausahawan. Idealnya eceng gondok tinggal di air yang keruh, bukannya di air jernih. Eceng gondok dapat mengikat unsur logam dalam air yang ditinggalinya. Tanaman ini dapat menyerap logam Kadmium (Cd) sebanyak 1,35 mg/g, Merkuri (Hg) seberat 1,77 mg/g, dan Nikel (Ni) seberat 1,16 mg/g apabila logam tidak bercampur dengan logam lain. Jika bercampur dengan logam lain, Cd dapat menyerap 1,23 mg/g, Hg seberat 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat keringnya. Eceng gondok juga bisa digunakan untuk pupuk. Yakni pupuk hijau yang juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Nagara.
Disamping itu, masih ada manfaat dari eceng gondok yang belum terealisasi, diantaranya Eceng gondok dapat dikembangkan menjadi bahan baku barang-barang kerajinan seperti anyaman tikar, tas, pernak pernik atau hiasan rumah lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan ekspor. Dari hasil pemikiran tersebut, diharapkan dapat membuat kota Nagara dikenal secara luas. Campur tangan dari pemerintah sangatlah diharapkan, hal yang membanggakan sekali apabila salah satu hasil kerajinan ini sampai menginjak pasar luar negeri.

Hasil penelurusuran di rawa tersebut, masyarakat di sana memanfaatkan rawa sebagai tempat peternakan kerbau rawa. Dalam konsep ini, yang membahas mengenai kotoran dari kerbau rawa ini yang kurang dikelola dengan baik. Menurut hasil observasi yang telah dilakukan, pemanfaatan hanya digunakan sebagai pupuk untuk pertanian. Itu pun hanya sebagian dibandingkan berapa banyak yang dibuang ke rawa begitu saja. Padahal, kotoran kerbau memiliki manfaat yang perlu dikembangkan kedepannya dan seiring penipisan Sumber Daya Alam khususnya minyak bumi dan batu bara yang sekarang dikeruk habis-habisan diharapkan pemanfaatan kotoran kerbau ini sebagai energy alternative dapat membatu dalam efisiensi penggunaan SDA. Kotoran kerbau dapat dimanfaatkan menjadi biogas dan dapat diolah sebagai briket seperti briket batubara pada umumnya.

Perjalanan berlanjut ke daerah Loksado, di mana disana aliran sungai (DAS) Amandit di tinjau. Hasil yang di dapatkan di aliran sungai ini adalah tentang pencemaran air. Air akan dikatakan tercemar jika terjadi perubahan kandungan, keadaan dan warna. Pencemaran air dilakukan secara sengaja atau tidak. Adapun bahan-bahan yang di ketahui akan mencemari air antara lain adalah sampah, limbah pabrik, minyak, kotoran ternak dan manusia dan pencemaran air yang disebabkan karena pengerukan tanah oleh para petani untuk menggarap sawah, lalu terjadi pengikisan lapisan tanah yang mengakibatkan air menjadi keruh. Permasalahan sekarang adalah pencemaran air yang menyebabkan kesehatan manusia terganggu, telah di ketahui bersama bahwa saat ini kondisi air sungai di Kalimantan Selatan sudah tercemar zat berbahaya bagi kesehatan manusia, yaitu dapat merusak sel saraf otak, menebabkan kanker dan tumor otak. Adapun zat berbahaya itu antara lain berupa logam berat seperti timbal, besi, air raksa, emas dan merkuri. Tidak dapat dibayangkan berapa banyak sumbangan limbah, sampah, dan jamban perharinya untuk satu sungai yang biasanya juga digunakan untuk dikonsumsi. Belum lagi tumbuhan air, ikan-ikan sungai dan tambak yang teracuni karena pencemaran air yang akhirnya ikan tersebut kita konsumsi juga. Gangguan Kesehatan adalah hal yang akan menjadi sasaran dari pencemaran air tersebut. Hasil pantauan yang di dapat bahwa pencemaran yang lebih banyak itu berada pada bagian bawah, atau dikatakan pencemaran itu sendiri bukan berasal dari atas gunung tapi yang tercemar itu bagian bawah gunung.

Sabtu, 09 Mei 2009

PERMODELAN MATEMATIS

Dalam 1 Mton per hektar memiliki biomassa perbandingan komposis

1). Dalam 1 Mton per hektar memiliki biomassa perbandingan komposisi carbon pada bagian tumbuhan : tegakan, akar dan tanah masing-masing 3 : 0,5 : 21,5 dari 50% biomassa.

dimana :

1 Mton = 1 x 1012

Yang terpakai : 50%, jadi :

50% . 1 x 1012 = 5 x 1011

pada perbandingan komposisi carbon didapat

tegakan : 3 . 5 x 1011 = 15 x 1011

akar : 0,5 . 5 x 1011 = 2,5 x 1011

tanah : 21,5 . 5 x 1011 = 107,5 x 1011

jumlah keseluruhan = 125 x 1011

pada saat dikonservasi carbon dilarutkan sebesar

47% . 125 x 1011 = 58,75 x 1011

Kemudian sisa dari hasil pelarutan tersebut diemisikan ke dalam bentuk CO2 ke udara melalui pembakaran jadi

100% - 47% = 53% yang naik ke udara dimana

(100% - 47%) . 125 x 1011 = 66,25 x 1011

Di saat pelarutan tersebut, didapatkan blooming fitoplankton yang bebas 50% CO2 dari hasil respirasi.

50% . 58,75 x 1011 = 29,375 x 1011

Dengan demikian lahan basah yang dapat dikontribusi untuk memperkaya gas rumah kaca sebesar

66,25 x 1011 + 29,375 x 1011 = 95,625 x 1011



2). Dalam reservoir yang terdapat di pegunungan Meratus memiliki 500 juta m3

500 juta m3 = 500 x 106 m3 perbulan

Jelang presipitasi selama setahun kurang lebih 12 x 109 m3

Selama setahun : 12 x 109 m3

Selama sebulan : 1000 x 106 m3

didapat

500 x 106 m3 + 1000 x 106 m3 = 1500 x 106 m3

Pada daerah aliran sungai (DAS), aquifer yang tersimpan sebagai air tanah kurang lebih 10% dan 20%, dimana

10% . 1500 x 106 = 150 x 106

20% . 1500 x 106 = 300 x 106

Pada peristiwa evaforasi dan evavotranspirasi terjadi perbandingan

3 : 1, dengan hasil penguapan tersebut didapatkan

Total air yang mengalir :

1500 x 106 m3 + 150 x 106 + 300 x 106 = 1950 x 106

Pada perbandingan kedua peristiwa tersebut didapatkan

150 x 106 : 300 x 106

3 1

150 x 106 : 900 x 106

3 3

= 150 x 106 + 900 x 106

= 1050 x 106

Jadi, banyak air yang kembali terlepas melalui peristiwa evaforasi dan evavotranspirasi adalah

1950 x 106 - 1050 x 106 = 900 x 106 m3


3). Permodelan Matematis

  1. Untuk model matematis pada soal no 1, kita dapat melihat di sana bahwa komposisi carbon ditotalkan. Kemudian total tersebut dikalikan dengan beberapa data yang sudah ada. Pembuatan model tersebut di buat seperti di bawah ini :

Z = X ± Y

Ket :

Z : sebagai hasil kontribusi lahan basah

X : hasil pembakaran CO2 yang diemisikan

Y : hasil respirasi CO2 yang keluar ke udara

dimana untuk mencari X itu sendiri dengan

X = A1 x B1

Y = C1 x D1

dapat kita lihat perhitungan pada no 1 jika perhitungan yang di butuhkan adalah penjumlahan [+] dan jika hasil yang ingin dicari sisa yang tidak dibutuhkan [-].


  1. Terlihat dalam no 2 model matematis yang dapat di buat sedemikian rupa hasilnya sebagai berikut :

C = A – B

Ket :

C : air yang terlepas

A : jumlah aliran air

B : jumlah penguapan

dengan mencari

A = X1 +X2 +X3

B = Y1 +Y2

Ket :

X1 : air mengalir

X2 : presipitasi

X3 : aquifer

Y1 : evaforasi

Y2 : evavotranspirasi

Selasa, 28 April 2009

SEBUAH PEMANFAATAN DI RAWA DESA TUNGKARAN,MARTAPURA KALSEL














Di temukan pada titik koordinat S : 3o 23' 55.7" dan E : 114o 49' 32.5" adalah sebuah rawa yang terdapat di Desa Tungkaran, MartapuraKab. Banjar Kalimantan Selatan. Yang mana rawa tersebut adalah lahan basah tidur atau rawa yang terjadi atas munculnya hasilpembuangan air dari Sungai Martapura itu sendiri. Dengan definisi rawa, bahwa rawa itu adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis. Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam tanah atau lumpur yang terbuat secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 meter pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya. Disana juga terlihat berbagai macam tumbuhan air yang hidup di atas rawa tersebut. Seperti eceng gondok, kangkung dan lain-lain. Rawa tersebut dikatakan lahan basah alami, yang mana rawa tersebut memiliki cukup waktu yang lama dan kemungkinan juga rawa tersebut dapat kering pada suatu saat.
















Dari hasil pengamatan, dapat terlihat sekian luasnya rawa tersebut banyak ditumbuhi oleh eceng gondok dan beberapa tanaman lainya. Rawa yang tidak di manfaatkan tersebut akan terus-menerus di tumbuhi oleh eceng gondok. Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm.) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Enceng gondok berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif terutama di daerah tropis dan subtropis


Selain itu, eceng gondok ju
ga mempun yai kemampuan yang sangat besar untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Eceng gondok bisa juga bermanfaat secara komersial.



Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Rawa yang telah di tumbuhi oleh eceng gondok dapat membersihkan polutan logam berat di rawa, sehingga air rawa dapat dimanfaatkan lebih cepat atau kurang dari sepuluh tahun sebagai sumber air bersih. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2. Artinya, dalam waktu 6 bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1 ha dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton. Pertumbuhan massal eceng gondok akan terjadi bila perairan mengalami penyuburan oleh pencemaran. Karena pertumbuhan yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma di beberapa wilayah perairan di Indonesia.

















Rawa ini juga sebagai tempat habitat yang sangat bagus karena di rawa tersebut banyak ikan dan makhluk air lainnya yang hidup berkembangbiak tanpa ada perawatan di daerah rawa tersebut. Terlihat juga disana banyak para masyarakat desa di sana memanfaatkan rawa tersebut sebagai lahan tempat pemancingan bebas di rawa Desa Tungkaran tersebut.


Di sisi lain, di pinggiran daerah rawa tersebut juga terdapat masyarakat yang menggunakan lahan tidur itu sebagai tempat penanaman padi. Padi yang di tanam adalah padi liar dimana padi liar atau padi rawa tersebut mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air.
















Bahwa para masyarakat di sana sangatlah cermat dalam menggunakan lahan tidur atau rawa tersebut. Tercatat, segala sesuatu yang tidak berguna atau bermanfaat apabila dapat kita gali dengan cermat maka akan mendapatkan hasil cemerlang dan bermanfaat.